Usaha Burung Dara atau Merpati Potong

Banyak burung dara atau merpati di tanah air selama ini dipelihara hanya sebagai penyalur hobi. Yaitu untuk adu balap dan ketinggian terbang. Semantara itu kebutuhan merpati yang dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan atau merpati potong masih sangat jarang ditemukan. Padahal permintaan daging burung dara sangat tinggi dan untungnya juga sangat menggiurkan.

Beberapa faktor penghambat susahnya mengembangkan peternakan burung dara antara lain akan kondisi pasar yang tidak menentu. Biaya pakan yang bisa mencapai 2 - 3 kali dari harga jual merpati itu sendiri.

Budidaya squab tidak mudah, selain pangsa pasar yang belum jelas juga kendala pakan. Squabidealnya tidak melebihi umur 1 bulan. Lebih dari itu, nilai jualnya akan menurun. Sementara, apabila pasar lesu, bisa diperkirakan squab di kandang membludak. Akibatnya, biaya pakan jadi membengkak.

Mengenai kendala biaya pakan sebenarnya dapat diatasi mengingat merpati adalah hewan yang mudah beradaptasi. Kita bisa menggunakan makanan racikan sendiri tanpa mementingkan kadar protein yang tinggi seperti pakan ayam atau unggas lainya.

Seorang pengusaha merpati potong (bukan peternak) bisa meraup untung hingga Rp 7.500 per ekor. Jika satu ekor merpati dengan ukuran 200 gr didapat dari peternak dengan harga Rp 15.000 pemotong bisa menjual ke restoran dengan harga Rp 22.500 per ekor.